Bollinger Bands?
“A man is rich in proportion to the number of things he can afford to let alone.”
Henry David Thoreau
Siapa sih yang gak kenal sama Bollinger Bands? Yak indikator TA yang satu ini cukup terkenal di dunia crypto dengan mempertimbangkan standar deviasi dari suatu volatilitas coin. Indikator ini ditemukan oleh John Bollinger seorang TA yang cukup terkenal di tahun 1980an. Seperti yang kita tahu, Bollinger Bands memiliki upper band dan lower band. Biasanya, jika coin bergerak sangat volatil, upper/lower bands nya melebar, dan sebaliknya jika kurang volatil, bands akan menyempit. Keputusan beli/jual dapat dilihat dari upper/lower bands nya, bisa dikatakan sebagai support (lower) dan resistance (upper) nya.
Strukturnya?
Bollinger Bands punya tiga garis dalam indikatornya:
1. Middle Band, merupakan Simple Moving Average (SMA), biasanya SMA20. Trader lain juga ada yang menggunakan EMA sebagai konfirmasi trend.
2. Upper Band, merupakan K dari standar deviasi (K=2) bagian atas
3. Lower band, merupakan K dari standar deviasi bagian bawah.
Caranya?
Upper maupun lower band juga biasanya dianggap sebagai support resistance nya. Bollinger Bands sendiri cocok digabungkan dengan indikator non-onscillator, seperti pola candlestick maupun pola pergerakan chartnya. Bahkan biasanya juga digabungkan dengan indikator MACD serta RSI sebagai konfirmasi pergerakan trend. Jangan mengira indikator ini akan memprediksi 100% ke arah yang tepat, karena semua indikator tidak ada yang selalu tepat juga dalam memprediksi. Bahkan John Bollinger, si pencetus indikator ini juga menyarankan menggunakan indikator pendukung lainnya yang berbasis ‘price moving’ sebagai bahan konfirmasi pergerakan trend.
“If your broker or investment advisor is not familiar with the concept of standard deviation of returns, get a new one.”
William J. Bernsteins
Upper maupun lower band biasa digunakan para trader sebagai pengambilan keputusan beli/jual. Jadi kita harus menunggu pergerakan harga memantul dari lower/upper band, dan memasang target saat akan memantul kembali ke arah yang berlawanan. Dengan kata lain, jika harga memantul dari lower band, serta telah menembus middle band, berarti upper band adalah target harga kita. Sedangkan jika harga memantul dari upper band, serta menembus middle band, berarti lower band adalah target harga kita. Bollinger Bands juga dapat menentukan apakah coin ini berada di kondisi overbought atau oversold. Jika harga berada pada upper band, dapat dikatakan dalam kondisi overbought, jika harga berada pada lower band, berarti sedang dalam kondisi oversold.
Meskipun standar input Bollinger Bands (N=20, 2σ) sangat direkomendasikan oleh John Bollinger, namun kamu tetap dapat menggantinya dan menyesuaikan dengan pergerakan coin dan strategi trading kamu sendiri. John juga menyarankan jika kita mau menggunakan SMA50 berarti harus menggunakan 2.1σ, jika hendak lebih cepat yaitu menggunakan SMA10 serta 1.9σ. Tapi tetap sesuaikan input yang dimasukkan jika terjadi squeeze.
Apa Sih Sequeeze Itu?
Saat bands menyempit, hingga menyebabkan jarak antara bands dan moving average sangat dekat, hal ini dinamakan ‘squeeze’. Kondisi ini muncul biasanya saat coin sedang memiliki volatilitas yang sangat rendah. Di sisi lain, jika jarak antara bands dan moving average sangat lebar, ini berarti coin sedang memiliki volatilitas yang sangat tinggi. Seperti inilah yang dinamakan sequeeze itu:
Breakout
Dapat dikatakan breakout apabila candle harga menembus lower/upper band. Biasanya kondisi ini sering terjadi di coin-coin pump and dump. Breakout bisa terjadi karena akan ada event besar atau sedang berlangsungnya event tersebut, namun bisa dikatakan hal ini bukan murni sinyal keputusan beli/jual, hal ini sering juga disebut dengan anomali. Dengan begitu, John Bollinger tetap menyarankan melengkapi indikator ini dengan indikator price movement yang sejenis untuk menetapkan keputusan beli/jual. Ini adalah gambaran sinyal breakout yang palsu:
Kesimpulan
Akhirnyaa.. masuk bagian kesimpulan juga. Bollinger Bands bisa dikatakan indikator yang cukup efektif dalam trading crypto jika digunakan dengan tepat serta dilakukan penyesuaian terhadap pergerakan setiap coin. Upper & lower band menunjukkan seberapa besar volatilitas coin tersebut, karena upper & lower band berbasis perhitungan standar deviasi. Saat ada breakout yang tidak normal, bisa dikatakan sedang terjadi anomali atau adanya event terhadap coin tersebut. Breakout tidak boleh dianggap sebagai sinyal yang menunjukkan keputusan jual/beli, karena anomali saya kira bukan merupakan bagian yang dapat dilakukan TA. Breakout akan sangat sering ditemukan dalam coin-coin pumo & dump apalagi dengan standar input yaitu (N=20 dan K=2) jadi harus juga dilakukan penyesuaian-penyesuaian lebih lanjut yang sudah dijelaskan pada artikel di atas. Bollinger Bands bukan merupakan indikator yang dapat berdiri sendiri dalam menentukan keputusan beli/jual, kamu juga harus menggabungkan indikator lain seperti MACD atau RSI serta pergerakan trend melalui candlestick untuk menentukan keputusan beli/jual.
Sumber: https://medium.com/@priceinaction/bollinger-bands-or-why-they-are-so-popular-b5a3138c3abd
One thought on “Technical Analysis: Mengenal Bollinger Bands Si Indikator Standar Deviasi”